PASURUAN, Brilian-news.id – Popularitas TikTok yang semakin meroket di kalangan anak-anak dan remaja kini menimbulkan kekhawatiran baru di tengah masyarakat, khususnya para orang tua. Konten yang beredar di platform ini dinilai semakin bebas dan tidak ramah anak.
Mulai dari tantangan ekstrem, bahasa kasar, hingga video berunsur dewasa kerap muncul di beranda pengguna. Ironisnya, semua itu bisa dengan mudah diakses bahkan oleh anak-anak usia sekolah dasar.
“Saya kira anak saya hanya menonton video lucu atau tarian. Tapi saat saya cek, ternyata ada konten vulgar dan suara-suara tidak pantas. Saya kaget sekali,” ujar Diah, ibu dua anak asal Beji, Pasuruan, saat ditemui Brilian-news.id, pada Minggu (25/5/2025).
Banyak anak juga diketahui sengaja membuat akun dengan usia palsu agar bisa melewati batasan umur dan mengakses konten tanpa pengawasan. Padahal, TikTok sendiri memiliki batas usia minimum 13 tahun dan fitur Family Pairing yang dirancang untuk mendukung pengawasan orang tua.
Andri, seorang ayah asal Sidoarjo, juga menyuarakan kekhawatirannya terhadap konten-kontrn di tiktok.
“Kalau dibiarkan, mereka bisa tumbuh dengan meniru sikap dan bahasa yang salah. Bukan hanya soal konten dewasa, tapi juga nilai-nilai dan perilaku yang mereka serap. Saya lebih memilih membatasi waktu penggunaan HP dan rutin berdiskusi dengan anak,” tuturnya.
Menurut psikolog anak dan remaja, dr. Nur Aulia, M.Psi, pengaruh konten digital sangat besar terhadap perkembangan anak.
“Anak-anak cenderung mudah meniru apa yang mereka lihat. Tanpa pengawasan, mereka bisa menganggap konten negatif sebagai hal yang wajar. Itu yang berbahaya,” jelasnya, dikutip dari salah satu media online.
Para orang tua pun diimbau untuk lebih aktif dalam memantau aktivitas digital anak. Media sosial seperti TikTok bisa menjadi sarana belajar dan hiburan, namun jika tidak diawasi, justru berpotensi menjadi racun bagi perkembangan karakter anak. (ml/kuh)