Brilian•Di saat gema takbir menggema dari masjid ke masjid dan warga berkumpul bersama keluarga merayakan Idulfitri, ada sosok-sosok yang tetap bekerja dalam senyap. Mereka adalah petugas kebersihan Kota Bandung, para penjaga kebersihan yang tak pernah absen meski hari besar datang.

Nurlaelasari, penyapu jalan asal Cibeunying, telah enam tahun menjalani profesi ini. Fajar belum sepenuhnya merekah, namun ia sudah bersiap dengan sapu dan pengki, menyusuri trotoar demi trotoar yang dipenuhi daun kering dan sisa sampah. “Kalau lagi musim rontok, bisa nyapu sampai lima jam,” tuturnya.

Bagi Nurlaelasari, kebersihan kota adalah tanggung jawab yang tak bisa ditunda, bahkan oleh perayaan Lebaran sekalipun. Meski tahun ini ia mendapat libur di hari pertama Idulfitri, kenangan bertugas di malam takbiran tetap membekas. “Orang kumpul keluarga, saya di jalan. Tapi ada teman-teman, jadi tetap semangat,” ucapnya dengan senyum.

Baca Juga :  Kuliner dan Budaya Bandung Harus Go Internasional, Farhan Tunjuk Thailand Sebagai Contoh

Hal serupa dialami Haji Sapar, petugas dari tim Taktiss. Setiap malam takbiran, ia menyapu sisa-sisa perayaan, dan esok paginya kembali bertugas. “Kadang warga buang sampah sembarangan. Kalau ditegur ada yang nurut, ada juga yang cuek. Tapi kalau ada yang bilang terima kasih, rasanya senang sekali,” katanya.

Adi, petugas dari wilayah Dago, mengaku sudah terbiasa merayakan Lebaran dengan cara yang berbeda. Ia menyapu jalur GOR Citra hingga Widyatama, memastikan area publik tetap bersih. “Lebaran bukan alasan berhenti. Ini bagian dari ibadah juga. Menjaga Bandung tetap indah,” ungkapnya.

Baca Juga :  Erwin Tegaskan Komitmen Holistik Pemkot Bandung Tangani HIV/AIDS

Ketiganya sepakat bahwa peran mereka bukan hanya tentang membersihkan sampah, tapi juga menjaga wajah kota. Di tengah keramaian perayaan, mereka tetap hadir sebagai garda terdepan kebersihan.

“Mari kita jaga Bandung bersama. Kami butuh dukungan wargi semua untuk tidak buang sampah sembarangan,” pesan mereka.**