Haul Kanjeng Sunan Giri ke 519, Bersama Dapur Umum Wong Bodho Pondok Mburi

Brilian°Gresik – Ditengah derasnya budaya modern tradisi “Haul” mampu bertahan dan berkembang dengan baik. Corak menarik untuk diamati dari proses yang dilakukan memberi warna tersendiri terhadap budaya.

Bagaimana konstruksi sosial tradisi “Haul” membentuk kerukunan umat beragama ? Penelitian kualitatif terhadap observasi melalui penelusuran menemukan bahwa tradisi “Haul” menjadi salah satu media perekat sosial bagi masyarakat. Tradisi tersebut dilakukan untuk memberikan penghormatan dan dilestarikan hingga sekarang ini.

Dalam melakukan dakwah penyebaran agama Islam budaya lokal telah digunakan dengan memfokuskan pada aspek tradisi keislaman dan tradisi Islam kejawen.

Manfaat yang kita peroleh adalah dapat menambah kajian tentang kerukunan antar umat beragama yang bersumber dari budaya lokal dapat dijadikan prioritas oleh pemerintah pusat dan daerah terutama di kementerian agama dalam merumuskan kebijakan.

Analisis yang digunakan adalah deskriptif membuat suatu gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat antara fenomena dengan data-data yang diperoleh kemudian dipaparkan.

Konsep kebudayaan berarti suatu pola makna historis terwujud dalam simbol-simbol suatu sistem yang diwariskan, dilestarikan dan dikembangkan sehingga menghasilkan peradaban untuk generasi umat Islam yang mandiri berakhlakul karimah.

Budaya keagamaan yang hidup pada masyarakat terutama budaya Islam sejatinya telah terjadi akulturasi dengan budaya sebelumnya yakni budaya Hindu-Budha.

Peringatan Haul Kanjeng Sunan Giri ke- 519 setiap tahun selalu dilaksanakan pada hari terakhir di Bulan Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan. Haul memiliki keutamaan bagi kita semua diantaranya adalah menyambung tali silaturahmi, mengingat kematian, sarana bersedekah, menebarkan amal, memperbanyak dzikir dan doa kepada ALLAH swt.

Diperkirakan ribuan Jamaah dari berbagai daerah akan memadati area masjid Sunan Giri. Peziarah berada dalam sikap takzim menghantarkan doa-doa. Dzikir menyelimuti sudut-sudut makam Sunan Giri. Tidak ada suara berisik kecuali sayup-sayup terdengar lantunan kalam illahi.

Dalam suasana ekstase yang dahsyat dihadapan Yang Maha Agung. Ditengah hiruk-pikuk kehidupan yang kian gersang, ziarah ke makam wali kerap menjadi pilihan.

Peziarah datang silih berganti tidak perlu membawa makanan dan minuman karena telah dipersiapkan, “DAPUR UMUM WONG BODHO PONDOK MBURI” arahan dan bimbingan Gus Sukoiri selaku pendiri seperti tahun sebelumnya. Di jadwalkan hari Kamis dan Jumat.

Pada tanggal 26-27 September 2024 Dapur Umum Wong Bodho Pondok Mburi menyajikan makan minum gratis untuk para Jamaah Haul Kanjeng Sunan Giri ke- 519.

Makam Sunan Giri tepatnya berada di Jalan Sunan Giri, Dusun Giri Gajah, Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Sekitar 22 kilometer barat daya Kota Surabaya. Kompleks makam Sunan Giri terdiri dari tiga halaman dengan bentuk berundak, anak tangga sebagai penghubung.

Teras di makam semakin ke belakang semakin meninggi dan memiliki batas pada tiap halaman satu dengan yang lainnya. Setiap teras memiliki gapura sebagai penanda. Pada teras pertama berupa Gapura Bentar dengan Kala Makara berbentuk sepasang naga.

Teras kedua juga berupa Gapura Bentar yang sudah tidak berbentuk dan pada teras ketiga berupa Gapura Paduraksa yang menjadi pintu bagi area inti yaitu cungkup kubur Sunan Giri. Adapun bangunan utama atau lokasi makam Sunan Giri berada di atas bukit yang berupa bangunan cungkup makam.

Kompleks makam Sunan Giri tidak hanya menjadi tempat yang religius dan disakralkan tetapi menjadi tujuan wisata sejarah dan religi yang tidak pernah sepi karena peziarah yang datang silih berganti.

Keberadaan kompleks makam Sunan Giri berpengaruh pada perputaran ekonomi masyarakat sekitar. Di Makam Sunan Giri terdapat pohon mengkudu yang menyimpan sebuah mitos yang terkait dengan buah mengkudu.

Para peziarah meyakini jika buah mengkudu dari pohon di sekitar makam tersebut berkhasiat mengobati berbagai penyakit. Mengkudu tersebut biasanya akan dibawa pulang para peziarah untuk diolah menjadi jamu.

Sunan Giri merupakan Wali Songo yang telah berjasa, dibawah kekuasaannya Giri Kedaton berhasil menjadi pusat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa pengaruhnya sampai ke pelosok daerah. Lahir tahun 1442 Masehi dari pasangan Maulana Ya’qub bin Maulana Ishaq dan Dewi Sekardadu. Dalam menyebarkan Islam, Sunan Giri mendekati hati melalui makanan khas, permainan anak dan lagu tradisional secara perlahan menyentuh hati.

Sosok Sunan Giri bukan hanya sekedar Mau’izhah hasanah tetapi juga Uswatun hasanah, hadir dalam ucapan beserta aspek keteladanan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari terutama dalam proses perjuangan membimbing umat.

Para waliyullah masa lalu dengan cara mengajak bukan mengejek dan ajakannya untuk menuntun. Tugas kita saat ini sesungguhnya lebih mudah yaitu meneladani metode dakwah yang telah dicontohkan oleh para Wali Songo termasuk Sunan Giri hanya dengan cara itulah maka Haul Sunan Giri yang ke- 519 menjadi sangat penting dan bermakna.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *