Gresik | Brilian News.id – Sebanyak 25 aktivis dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) mendatangi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gresik di Jalan Jaksa Agung Suprapto No 39, Sumursango, Bedilan, Kecamatan Gresik. Para aktivis membawa toples berisi serpihan plastik dari sachet, tas kresek, sedotan, botol plastik, dan styrofoam untuk menggambarkan bahwa dalam plasenta ibu hamil terdapat mikroplastik yang dapat mengganggu kesehatan janin.
“Kami menuntut agar bayi-bayi dilindungi dari ancaman mikroplastik,” ujar Alaika Rahmatullah, koordinator aksi Ecoton. Kamis(25/7/24)
Para aktivis juga mengarak tiga pasang pengantin berbaju adat melayu, meminta agar setiap calon pengantin diwajibkan melakukan uji mikroplastik dalam feses, sperma, dan kulit untuk memastikan mereka bebas dari kontaminasi mikroplastik. “Harus ada pembaruan dalam materi bimbingan perkawinan bagi calon pengantin, termasuk uji mikroplastik, karena ini mengancam kesehatan reproduksi,” tambah Alaika Rahmatullah.
Udara Gresik Kotor, Indonesia Paling Banyak Makan Plastik
Indonesia menjadi salah satu negara dengan konsumsi mikroplastik tertinggi di dunia, yaitu 15 gram per bulan, setara dengan 1 kartu ATM menurut studi Cornell University dalam jurnal Environmental Science & Technology. Sepanjang bulan Juli, Ecoton melakukan penelitian mikroplastik pada udara di lima kabupaten/kota di Jawa Timur, dengan kelimpahan mikroplastik tertinggi di Kabupaten Gresik, yaitu 26,21 partikel per 2 jam. Mikroplastik pada udara berpotensi besar masuk ke tubuh manusia.
Mikroplastik sebagai Bencana Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat
Jika masalah mikroplastik tidak ditangani dengan serius, ini bisa menjadi bencana lingkungan yang lebih besar. Mikroplastik telah menjerat tubuh manusia dengan dampak berikut:
– Feses: 17 partikel/10 gram
– Plasenta: 12 partikel/4 plasenta
– Sperma: 0,45 partikel/mL
– ASI: 2,3 partikel/mL
– Paru-paru: 1,50 partikel/g
– Pembuluh darah: 24,5 μg/mg plak
– Hati: 4,6 partikel/g
– Testis: 15,52 partikel/g
– Urine: 23 partikel/mL
– Ginjal: 43 partikel/g
Mikroplastik dapat menyerap dan mengikat polutan seperti logam berat, bakteri, maupun virus. Senyawa EDC dalam plastik dapat merubah fungsi sistem endokrin, menyebabkan gangguan reproduksi, perkembangan abnormal pada anak-anak, gangguan metabolisme, dan gangguan fungsi tiroid. Selain itu, mikroplastik menurunkan kesehatan sperma dan mempengaruhi kesehatan reproduksi perempuan.
Kemenag Perlu Menambah Syarat Uji Bebas Mikroplastik
Pembaruan materi bimbingan perkawinan bagi calon pengantin termasuk uji mikroplastik penting untuk kesehatan reproduksi dan keluarga secara keseluruhan. Peneliti Ecoton, Rafika Aprilianti, mengungkapkan bahwa paparan mikroplastik dapat berdampak pada kesuburan, perkembangan janin, dan kesehatan anak-anak yang dilahirkan. “Dengan memasukkan edukasi tentang bahaya mikroplastik dalam bimbingan perkawinan, calon pengantin akan lebih sadar dan siap menjaga kesehatan mereka dan keluarga mereka,” terangnya.
Langkah yang Harus Ditindaklanjuti
Ecoton mendorong Kementerian Agama Kabupaten Gresik untuk:
1. Mengintegrasikan uji mikroplastik dalam pemeriksaan kesehatan pranikah.
2. Mewajibkan calon pengantin laki-laki cek kesehatan sperma terutama kandungan mikroplastiknya, dan calon pengantin cek swab mikroplastik pada area kulit wajah.
3. Mewajibkan calon pengantin hidup zerowaste 3 bulan sebelum menikah, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
4. Mengadakan edukasi intensif tentang bahaya mikroplastik melalui media, seminar, dan lokakarya.