Brilian•BANDUNG – Mohamad Satori, dekan Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung (Unisba), telah menjadikan perjuangan melawan krisis sampah sebagai misi utama dengan mengembangkan Eco Kampus sejak tahun 2005. Keputusannya ini didorong oleh tekad untuk mencegah tragedi seperti “Bandung Lautan Sampah” yang terjadi saat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah Cimahi longsor.
“Saya tidak ingin mengulang masa kelam itu. Sebelumnya, pada tahun 2000, saya sudah mengembangkan program 3R (Reduce, Reuse, Recycle), tapi responnya sangat minim,” ungkap Satori, Senin (4/3/2024)
Berkat upayanya, kesadaran warga kampus terhadap pengelolaan sampah mulai meningkat. Melalui partisipasi aktif dari civitas akademika Unisba dan LSM, Satori berhasil menciptakan perubahan yang signifikan. Kini, warga kampus Unisba tidak hanya membuang sampah, namun juga melakukan aksi nyata untuk menyelesaikan masalah sampah dari sumbernya.
Satori menegaskan bahwa proses pertama dalam pengelolaan sampah di Unisba adalah mengubah paradigma bahwa sampah hanya bisa dibuang. “Kita harus memilah sampah, mengolahnya menjadi kompos atau mengirimnya ke bank sampah, dan baru kemudian mengangkut residu ke TPA,” jelasnya.
Pengelolaan sampah di Unisba melibatkan berbagai pihak, mulai dari petugas kebersihan khusus yang direkrut, mahasiswa sebagai agen edukasi, hingga masyarakat sekitar dan pemerintah. Semua ini terintegrasi dalam konsep “Unisba Go Green”, yang bertujuan untuk membantu pemerintah dalam pengelolaan sampah.
“Kami menggunakan teknologi bata terawang dan takakura yang sudah teruji, serta mengembangkan saung kompos untuk mengolah sampah menjadi kompos yang digunakan untuk pertanian di sekitar kampus,” tambahnya.
Satori juga memberikan saran kepada masyarakat untuk mengurangi produksi sampah dengan cara mencegah, menghindari kemasan sekali pakai, mendaur ulang, dan menggunakan layanan bank sampah.
“Kami terus berupaya untuk mengubah pola pikir dan perilaku terkait sampah. Yang paling penting, mulailah membuang sampah sesuai jenisnya,” tutup Satori, dengan harapan agar upaya mereka dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat luas dalam menghadapi krisis sampah.**
Tinggalkan Balasan