Brilian, BANDUNG – Bank bjb, menyatakan bahwa kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan Suku Bunga Acuan di 5,75 persen tidak berpengaruh terhadap rencana pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUB).
Widi Hartoto, Pemimpin Divisi Corporate Secretary bank bjb, membenarkan bahwa bank tersebut terus melakukan pemantapan terhadap KUB dengan Bank Bengkulu. Proses ini sudah hampir mencapai tahap akhir, di mana bank bjb tengah berurusan dengan izin penambahan Bank Bengkulu sebagai anggota KUB ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Menurut Hartoto, kebijakan mengenai suku bunga acuan tidak berdampak langsung terhadap rencana KUB bank bjb.
Konform dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 12/POJK.03/2020, konsolidasi bank pembangunan daerah (BPD) bertujuan untuk memenuhi modal inti minimum sebesar Rp 3 triliun pada 2024. Konsolidasi perlu dilakukan mengingat masih banyak BPD yang memiliki keterbatasan dalam modal, yang berpotensi membatasi kapabilitas mereka.
Pada Desember 2022, terdapat 12 BPD yang belum memenuhi persyaratan modal inti, termasuk BPD Bengkulu, BPD Banten, dan lain-lain.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengonfirmasi bahwa keputusan untuk mempertahankan suku bunga acuan sejalan dengan kebijakan moneter, bertujuan untuk memastikan inflasi tetap dalam kisaran 3 persen hingga akhir tahun 2023. BI akan fokus pada stabilisasi nilai rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor dan memitigasi ketidakpastian pasar keuangan global.
Berdasarkan pertimbangan berbagai faktor domestik dan global, BI mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,75 persen, suku bunga Deposit Facility 5,00 persen, dan suku bunga Lending Facility 6,50 persen.
Dalam konteks global, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan 2,7 persen per tahun dengan risiko perlambatan terutama di Amerika Serikat dan China.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif didukung oleh permintaan domestik dan kinerja ekspor yang baik. Nilai tukar rupiah terjaga berkat kebijakan stabilisasi yang ditempuh BI. Inflasi berada di bawah target tiga persen lebih cepat dari perkiraan pemerintah.
Warjiyo menjelaskan, “Penurunan inflasi terjadi di semua kelompok. Inflasi inti Mei 2023 tercatat 2,66 persen secara tahunan, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 2,83 persen.**