Brilian°Jakarta – Pemberian vaksinasi COVID-19 terhadap masyarakat masih terus dilakukan secara gencar pada seluruh rakyat Indonesia. Selain pemberian dosis primer, terdapat juga pemberian booster bagi sejumlah masyarakat.
Usai pemberian vaksinasi ini, kerap muncul efek pada diri seseorang. Munculnya efek ini kadang tidak langsung setelah menerima suntikan, namun bisa juga besok atau setelahnya.
Efek yang muncul ini bisa berupa demam, pusing, atau lemas, serta kemeng di bekas suntikan. Lalu, mengapa efek samping yang terjadi pada setiap orang bisa muncul dalam jangka waktu yang berbeda?
Menurut Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Prof DR Dr Hinky Hindra Irawan Satari, Sp.A(K), M.TropPaed atau yang kerap disapa dengan Hinky, hal tersebut memang mungkin terjadi karena efek vaksin sangat berbeda pada setiap orang.
“Sensitivitas seseorang memang berbeda-beda. Seperti saya kalau makan ujung cabai rawit, saya terbakar, sengsara saya. Tapi kalau istri saya makan sambal tiga sendok, nambah nasinya,” ujar Hinky dalam seminar media bertema IDAI Menjawab Kegalauan Masyarakat tentang Vaksin COVID-19 pada Anak beberapa waktu lalui.
“Jadi memang, efek seseorang terhadap vaksin bermacam-macam. Reaksi kekebalan yang dibentuk bermacam-macam. Ada yang segera, ada yang perlu waktu,” terangnya.
Sehingga memang, efek yang terjadi pada setiap tubuh juga bisa memiliki jangka waktu yang berbeda. Ada yang bisa langsung merasakannya, tapi ada juga yang beberapa saat baru muncul.
Boleh Konsumsi Obat
Bagi mereka yang merasa efek samping berupa demam atau pegal, terdapat hal yang bisa dilakukan. Hal itu bisa berupa konsumsi obat untuk meringankan efek tersebut.
Hinky menjelaskan bahwa hal itu tidak akan mempengaruhi efektivitas vaksin.
“Namun biasanya berlangsung satu dua hari, dan menghilang dengan atau tanpa pengobatan. Jadi, itu wajar dan silakan minum obat. Kalau pegal minum obat pegal, kalau demam minum obat demam,” jelas Hinky pada awak media.
“Segera, jangan ditunda. Tidak akan mempengaruhi dampak obat pada kekebalan yang akan diperoleh. Di samping itu, tidak perlu memakan obat sebelum divaksinasi karena tidak ada manfaatnya,” tegasnya pada awak media mengakhiri perbincangan.
Tinggalkan Balasan