Brilian°Surabaya – Melalui Program Inovasi dengan DIKST-ITS (Direktorat Inovasi dan Kawasan Sains Teknologi – Institut Teknologi Sepuluh Nopember), Dosen ITS melakukan Difusi Teknologi Hasil Produk Inovasi Alat Pengasapan Ikan yang Mobile, Portable dan Ergonomis, Selasa (11/01/2022).
Indonesia merupakan negara terbesar kedua yang memiliki luas wilayah pesisir terluas setelah Kanada,” komentar Dr. Ir. Eko Nurmianto, MEngSc mengawali penuturannya. Namun, hal tersebut tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan masyarakat pesisir pantai. Kehidupan mereka yang masih termarjinalkan, akhirnya memacu Dr.Ir. Eko Nurmianto, MEngSc untuk membuat alat yang bermanfaat dan dapat meningkatkan taraf hidup mereka.
“Disana saya melihat masyarakatnya mengasap ikan dan asapnya dapat menyebabkan Infeksi Saluran Penapasan Akut (ISPA),” tutur pria yang menerbitkan buku berjudul Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya.
Alat pengasapan ikan tersebut, ia rancang dengan konsep ecodesign yang ergonomic, mobile dan portable. Artinya alat tersebut dibuat dalam bentuk yang mudah dipakai serta mudah dibawa kemana-mana. Keunggulan lain yang dimiliki alat tersebut, yakni mampu menampung 50-60 ekor ikan tergantung besar kecilnya alat dan besar kecilnya ikan serta jenis ikan (bandeng, tongkol, lele, patin, udang, kerang, dll).
Melalui DIKST-ITS (Direktorat Inovasi dan Kawasan Sains Teknologi – Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya) disampaikan bahwa cara kerja alat pengasapan tersebut tidaklah rumit. Sumber panas diperoleh dari pembakaran batok kelapa yang diletakkan di bagian bawah alat pengasapan tersebut. Sehingga, asap dari pembakaran batok kelapa dapat terkumpul di dalam alat pengasapan untuk mematangkan ikan.
Di atas alat tersebut pun terdapat cerobong panjang tempat asap keluar. Hal ini bertujuan agar asap tersebut tidak menyebar dan mengganggu udara sekitar. “Dengan alat ini, ikan dapat matang hanya dalam 60 hingga 75 menit,” ujar alumni dari University of New South Wales, Sydney, Australia ini.
Alat pengasapan itu juga tak henti-hentinya dikembangkan oleh Dr. Eko Nurmianto. Awalnya alat tersebut dibuat dari bahan seng dengan ketebalan hanya sebesar 0,8 milimeter. Namun, karena tidak dapat bertahan lama, maka dikembangkan lagi hingga saat ini memiliki ketebalan sebesar 1,2 milimeter. “Ke depannya juga akan ditambahkan timer, pengukur, serta pengontrol jumlah asap,” jelasnya.
Di tengah obrolan santai mengenai riset yang sedang ditekuninya, Dr. Eko Nurmianto pun menjelaskan tentang keunggulan dari alat pengasapan ikan ini. Tak lupa, keuntungan yang diperoleh bila masyarakat terus menekuni bisnis tersebut turut dipaparkannya.
“Ikan asap merupakan salah satu cara pengolahan ikan yang baik. Sebab, omega tiga yang terkandung dalam daging ikan tidak rusak dan tetap terjaga,“ ujar penyuka renang ini. Ia menambahkan, ikan yang digoreng atau direbus, omega tiganya dapat rusak.
Tak hanya sebatas membuat alat untuk diteliti, Dr. Eko Nurmianto ini juga memberi pelatihan kepada masyarakat di pesisir Pulau Jawa untuk dapat mengaplikasikan alat tersebut. Hal tersebut dilakukannya agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat kecil yang unemployed dan uneducated. Pria yang banyak meneliti tentang desain produk ergonomi, yang juga merupakan dosen technopreneurship ini telah melatih beberapa daerah di pesisir Pulau Jawa dan Madura.
Misalnya saja, Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Bangkalan dan Sumenep serta masih banyak lagi misalnya untuk perikanan air tawar di daerah Mojokerto, Jombang dan Malang.
Pelatihan yang diberikan Dr. Eko Nurmianto tidak hanya sebatas tentang penggunaan alat pengasapan ikan itu. Beberapa materi tentang proses produksi, permodalan, pengemasan, pemasaran digital dan technopreneurship (kewirausahaan berbasis technology).
Pelatihan yang disampaikan juga tentang lifeskill, cara mengenali diri sendiri, cara mengenal orang lain, cara berkomunikasi, cara melayani konsumen, serta bekerjasama pun turut diajarkan.
Hal itu dilakukan agar masyarakat setempat tidak hanya bisa menggunakan alat tersebut, tapi mereka juga bisa mendapatkan keuntungan dan kesejahteraan dari usaha tersebut. Dia berharap agar dapat membumikan hasil penelitiannya menjadi pemberdayaan masyarakat yang bermanfaat dan memberi kontribusi secara nasional.