Brilian•Jakarta – Penurunan kasus corona di Indonesia kini telah berlangsung selama 4 bulan sejak menyentuh puncak gelombang kedua pada 15 Juli lalu. Begitu juga dengan apa yang terjadi di India saat ini.

Indonesia dan India merupakan dua negara yang sempat menghadapi gelombang akibat varian Delta pada pertengahan 2021. Namun dengan cepat keduanya bisa melandaikan kurva pandemi.

Guru Besar FKUI Prof Tjandra Yoga Aditama dalam ‘Webinar: Libur Nataru dan Varian Baru Strategi Cegah Gelombang ke-3 Pandemi COVID-19’ yang disiarkan di YouTube Kemenkes mengatakan, terdapat kesamaan antara keduanya yang bisa membuat kasus turun secara signifikan.

“Kita bersyukur angka kita turun tajam dan bertahan lama. Pada waktu kita belum kena, India terkena yang sama, India juga naik cepat sampai tinggi sekali, 3 bulan kemudian kita naik tinggi sekali. Relatif turunnya India cepat sekali tapi Indonesia juga cepat sekali. Dan sampai sekarang baru kemarin berhubungan dengan teman di India, India juga menekan rendah walau tidak serendah kita,” ujar Tjandra, Selasa (16/11).

Turunnya kaus dengan cepat dan bertahan cukup lama ini menjadi pertanyaan banyak pihak. Sebab, pada saat itu, vaksinasi di kedua negara ini juga belum begitu besar cakupannya.

Namun berdasarkan tes antibodi yang dilakukan di dua kota besar di India, ternyata pada saat lonjakan kasus tersebut, hampir seluruh penduduk sudah pernah terinfeksi corona. Artinya, antibodi alami memang sudah terbentuk.

“Ada beberapa teori menunjukkan ada hal yang masih harus kita pelajari. Kebetulan India keluar dengan data, mereka tes antibodi pada 2 kota besar,” katanya.

“Mereka punya New Delhi dan Mumbai. Nah, di New Delhi itu baru keluar hasil penelitian antibodi, masyarakat dites terhadap COVID, 90% itu positif, walau hasilnya belum diumumkan resmi di jurnal. Mumbai, 86% positif,” lanjut Tjandra.

Sehingga dengan data yang dimiliki India tersebut, ia melihat turunnya kasus dan bertahan lama disebabkan oleh penduduk yang sudah terlindungi dengan antibodi alami dalam jumlah yang begitu besar. Hal itu juga yang bisa juga terjadi di Indonesia.

“Jadi bukan mungkin ini faktor berhasil ditekan dan bertahan lama,” pungkas Tjandra.

Saat ini pemerintah Indonesia juga tengah menyusun rencana pelaksanaan survei antibodi pada Desember mendatang. Dengan adanya survei serupa, maka dapat diketahui dengan pasti berapa banyak penduduk Indonesia yang sudah punya antibodi terhadap COVID-19 akibat infeksi.