Surabaya, Brilian – Dalam rangka menyebarluaskan visi Pendidikan Seni berbasis Budaya yang innovatif, Prodi S2 Pendidikan Seni Budaya Pasca Sarjana Unesa melalui Kegiatan Pengabdian Masyarakat yang merupakan salah satu bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, mengusung materi Pelatihan Implementasi batik tehnik Ecoprint bagi Guru Seni Budaya di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Sabtu, (02/10/2021) lalu.
Dalam kegiatan yang digelar dengan tetap mematuhi Protokol Kesehatan itu, tim Program Studi S2 Pendidikan Seni dan Budaya Pasca Sarjana Unesa yang diketuai oleh Dr. Setyo Yanuartuti, M.Si., saat itu lebih mengarah kepada pengenalan akan materi dan proses pembuatan Batik EcoPrint.
Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan kesempatan bagi para peserta untuk mencoba mempraktekkannya sendiri di rumah masing – masing. dan baru selang beberapa hari tim memperkenankan para peserta untuk memperlihatkan hasil yang didapatkan melalui pertemuan daring, lalu diakhiri dengan praktek bersama pada Sabtu, (23/10/2021), di Nganjuk.
Kaprodi (ketua program studi) S2 Pendidikan Seni Budaya Pasca Sarjana Unesa itu menerangkan bahwa banyak kelebihan pada proses pembuatan batik Ecoprint tersebut sebagai materi PKM di dua tahun terakhir ini. Adapun kelebihannya diantara lain, selain tehnik dan prosesnya lebih mudah dibandingkan dengan yang lain, bahan juga mudah didapat disekitar kita, dan proses pembuatannya bisa dilakukan oleh siapa saja. Terlagi, menurutnya proses untuk menghasilkan sebuah produk Batik Ecoprint itu juga tidak membutuhkan waktu yang lama.
“Tahun lalu kita gelar PKM di Jombang dengan materi yang sama. Tahun ini masih tetap, karena ini merupakan sebuah karya yang memiliki nilai seni dan sekaligus budaya dengan nilai innovasi yang tinggi, yang tentunya juga dapat menambah potensi pada dunia pariwisata kita. Adapun proses produksinya pun tidak membutuhkan waktu lama.” ujarnya diruang kerjanya di gedung Pasca Sarjana Unesa, Lidah Wetan, Rabu, (27/10/2021).
“Jika merunut dari awal proses pembuatannya, kita hanya membutuhkan waktu sekitar 3 – 4 jam’an saja mas. Untuk selanjutnya kita jemur di tempat yang teduh, lebih lama lebih baik untuk mendapatkan hasil ketajaman warna yang diinginkan.” imbuhya.
Wanita kelahiran Ponorogo, Jawa Timur itu juga menambahkan bahwa tingginya antusiasme para peserta pada saat materi dan pelatihan berlangsung menjadi pertanda hausnya masyarakat akan informasi innovatif dalam bidang seni dan budaya. Apalagi di masa pandemi seperti saat ini.
Kepada Brilian News dirinya juga menerangkan jika keahlian ini diasah dan dilakukan dengan sungguh sungguh, bukan sesuatu yang tak mungkin jika dapat meningkatkan sisi ekonomi bagi siapapun menekuninya.
“Harapannya, materi yang kita usung pada Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) tahun 2021 ini, dapat menambah wawasan dan keahlian para Guru Seni Budaya di tiap sekolahan yang ada, yang tentunya dapat disalurkan kepada para siswa didiknya sebagai modal siswa di era mendatang.” imbuh Dr. Setyo.
Harus diakui, Batik Ecoprint memiliki potensi sebagai karya kontemporer yang diyakini dapat menambah khasanah etnik budaya Bangsa, selain karya – karya kerajinan batik lainnya seperti Batik Tulis dan Batik Cap yang telah dikenal luas oleh masyarakat domestik, hingga di mancanegara.