Brilian•Arab Saudi – Mantan pejabat keamanan senior Arab Saudi Saad al-Jabri, dalam acara wawancara televisi “60 Minutes” di stasiun televisi CBS yang ditayangkan kemarin mengatakan Putera Mahkota Saudi Pangeran Muhammad Bin Salman (MBS) pernah bilang ingin membunuh Raja Abdullah bin Abdulaziz Al Saud memakai cincin beracun dari Rusia. Bin Salman mengatakan itu dalam sebuah rapat pada 2014.
Al-Jabri, 62 tahun, yang pernah menjabat sebagai penasihat Muhammad bin Nayef, keponakan Raja Salman, kini tinggal di pengasingan di Kanada. Dia melarikan diri ke Kanada setelah MBS, 36 tahun, menyingkirkan Nayef sebagai putera mahkota pada 2017.
MBS, kata al-Jabri, sedang rapat dengan bin Nayef pada 2014 ketika dia menyampaikan niatnya untuk membunuh Raja Abdullah agar ayahnya bisa berkuasa.
Raja Salman mengambil alih kekuasaan pada Januari 2015 setelah Raja Abdullah, kakak tirinya, wafat.
“Dia bilang ke Nayef, ‘Aku ingin membunuh Raja Abdullah. Aku pakai cincin beracun dari Rusia. Aku cukup menjabagt tangannya dan dia akan tamat.'” kata al-Jabri mengutip kata-kata MBS, seperti dilansir laman Newsweek, Senin (25/10). “Itu yang dia bilang, entah dia cuma sesumbar atau bukan, tapi kami anggap itu serius.”
Pada saat itu bin Nayef menjabat sebagai kepala intelijen Saudi dan MBS sebagai pengawas pengadilan kerajaan, tanpa jabatan resmi di pemerintahan. al-Jabri tidak memberikan bukti atas klaimnya itu tapi mengatakan dia melihat rekaman rapat itu dan salinan dari video itu masih ada hingga hari ini.
al-Jabri menyebut bin Salman sebagai sosok “psikopat tanpa empati” yang “tidak punya perasaan dan tidak pernah belajar dari pengalaman.”
Pangeran MBS menjadi sorotan internasional setelah wartawan Washington Post asal Saudi, Jamal Khashoggi yang kerap mengkritik MBS, tewas dibunuh di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada Oktober 2018.
Setelah rekaman di dalam konsulat itu dibocorkan oleh pemerintah Turki, Saudi mengklaim tindakan itu adalah upaya untuk memaksa Khashoggi kembali ke Saudi tapi berujung fatal. MBS membantah dirinya mengetahui operasi itu meski intelijen Amerika Serikat menyatakan sebaliknya.
Dilansir dari laman the Times of Israel, Senin (25/10), pemerintah Saudi mengatakan kepada CBS News, al-Jabri adalah “mantan pejabat yang punya jejak rekam sering membuat pernyataan mengada-ada untuk menyembunyikan kejahatan keuangannya.”
Pemerintah Saudi sudah mengajukan permohonan ekstradisi dan Interpol untuk al-Jabri, atas dugaan korupsi. Al-Jabri mengatakan kekayaannya berasal dari pemberian Raja Abdullah.
Ini bukan kali pertama al-Jabri mengungkapkan sisi buruk MBS namun ini pertama kalinya dia diwawancara sejak putranya Umar al-Jabri, 23 tahun, dan putrinya, Sarah al-Jabri, ditangkap pada Maert 2020 di Riyadh, Arab Saudi. Sementara menantu laki-lakinya juga diduga diculik dari negara ketiga dan dipaksa pulang ke Saudi, disiksa dan ditahan.
Kelompok pembela hak asasi Human Rights Watch mengatakan penangkapan keluarga al-Jabri adalah upaya untuk memaksanya pulang ke Saudi. Pengadilan Saudi memvonis putra dan putrinya sembilan dan 6,5 tahun penjara, atas tuduhan pencucian uang dan upaya melarikan diri dari Saudi.
Al-Jabri sudah mengajukan gugatan hukum terhadap MBS di AS, dengan tuduhan sang pangeran ingin menjebak dan membunuhnya di AS dan Kanada.
Sementara itu Saudi juga menuntutnya di AS dan Kanada dengan tudingan dia mencuri USD 500 miliar dari dana anggaran kontraterorisme. Hakim di Kanada membekukan asetnya setelah ada bukti pelanggaran dan kasus hukumnya masih berlangsung, seperti dikutip awak media ini.