Brilian•Singapura – Krisis listrik masih membayangi Singapura, menyusul keterbatasan pasokan gas alam sebagai energi primer pembangkit listrik, termasuk dari Indonesia. Untuk mengantisipasi krisis listrik dalam jangka panjang, Singapura akan meng-impor listrik hingga 4 gigawatt (GW).
Otoritas Pasar Energi (Energy Market Autorithy/EMA) pada Senin (25/10), mengungkapkan pasokan listrik sebanyak 4 GW itu mencakup 30 persen dari total kebutuhan listrik Singapura. Kebutuhan yang akan diimpor itu, merupakan proyeksi hingga tahun 2035.
Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, Gan Kim Yong, mengatakan dalam waktu dekat impor listrik itu akan dilakukan sebesar 100 Megawatt (MW) masing-masing dari Malaysia dan Pulau Bulan, Indonesia.
“Ini uji coba untuk menyelesaikan masalah teknis dan peraturan mengenai perdagangan listrik lintas batas,” kata Gan, Senin (25/10).
Meski peluang besar untuk memasok listrik ke Singapura terbuka lebar, namun disyaratkan dari energi primer non-karbon, termasuk batu bara. Negara itu saat ini tengah menggencarkan upaya menekan emisi karbon.
Termasuk mengoptimalkan listrik yang dihasilkan dari gas alam. Tapi hal itu belum memuaskan Singapura untuk menekan emisi karbon. “Penggunaan energi pembangkit listrik tenaga gas alam kami dapat, paling banter, mengurangi emisi karbon sekitar 10 persen,” katanya.
“Karenanya, proposal untuk listrik yang di-impor dari sumber pembangkit berbahan bakar batu bara tidak akan diterima,” tambah Menteri Perdagangan Singapura itu.
Sebelumnya, tiga perusahaan listrik Singapura setop operasi karena krisis pasokan gas, termasuk dari Indonesia. Ketiga perusahaan itu adalah Ohm Energy, iSwitch Energy, dan SilverCloud Energy. Berbeda dengan di Indonesia yang hanya dipasok oleh PLN, pelanggan Singapura bisa memilih perusahaan untuk memasok kebutuhan listrik mereka.
Keseluruhan ada 22 perusahaan listrik yang beroperasi. Sebanyak 95 persen listrik Singapura dihasilkan dari gas alam, meskipun berencana untuk meningkatkan sumber energi terbarukan lainnya.