Brilian•Amerika Serikat – Bianca Sada (18), gadis belia asal Indonesia yang saat ini menetap di Amerika Serikat, memberanikan diri untuk menuangkan apa yang ia rasakan saat mendengarkan langsung kisah anak-anak seusianya yang harus meninggalkan rumah mereka dan terpaksa tinggal di pengungsian, melalui buku ilustrasi berjudul “One Day: Letters from Lives in Limbo”.
Hasil penjualan dari buku ilustrasi yang merupakan karya pertama dari Bianca ini sepenuhnya akan disumbangkan untuk membantu pengungsi anak-anak dalam mendapatkan pendidikan sehingga nantinya mereka dapat merasakan kehidupan yang lebih baik.
“Semua berawal dari tahun 2018 saat saya mendapatkan undangan dari Hope Learning Center (HLC) yang berlokasi di Cisarua, Jawa Barat, untuk membantu mengajarkan pengungsi anak-anak melukis. Saat saya meminta mereka untuk menceritakan kisah di balik lukisan yang mereka buat, saya menyaksikan bagaimana mata anak-anak di sana terlihat begitu bersinar saat menceritakan kehidupan mereka di negara asalnya. Namun, saat mereka mulai bercerita tentang mengapa mereka meninggalkan tanah kelahirannya, sinar mata yang sebelumnya bersinar pun perlahan meredup,” tutur Bianca menceritakan awal mula pertemuannya dengan para pengungsi, (22/10).
Salah satu sosok yang menarik perhatian Bianca adalah seorang pengungsi bernama Naweed Aieen yang kini mendedikasikan dirinya sebagai Direktur HLC. Bianca merasa kagum dengan semangat juang Aieen yang meskipun sedih karena harus meninggalkan kampung halamannya dan melalui perjuangan berat untuk sampai di Indonesia, namun tetap semangat untuk menata kehidupannya kembali.
Bersama teman-teman pengungsi lain, kata Bianca, pria yang dulu berprofesi sebagai jurnalis di Afghanistan itu berkomitmen membantu anak-anak yang tinggal di kamp pengungsian agar mendapat pendidikan yang layak.
“Sikap Aieen yang memilih untuk tidak sedih berkepanjangan ataupun marah, namun justru mendedikasikan dirinya untuk membantu anak-anak pengungsi agar tetap bisa belajar, menyadarkan saya akan nilai kebaikan yang ada dalam diri manusia. Nilai kebaikan itu tidak hanya ada dalam diri Aieen, saya percaya nilai itu juga ada dalam diri kita semua. Jika Aieen yang hidup dalam keterbatasan masih bisa berkontribusi untuk sesama, maka saya pun harus melakukan apa yang saya bisa untuk membantu. Itulah yang memotivasi saya dalam menghadirkan karya buku ilustrasi ini,” jelas remaja kelahiran 7 Mei 2003 ini.
Terlepas dari negara asal para pengungsi, bagi Bianca, fakta bahwa banyak di antara mereka adalah anak-anak seusianya, bahkan tak sedikit yang lebih muda lagi, merupakan hal yang sangat memprihatinkan mengingat mereka seharusnya masih menikmati pendidikan dan memiliki kesempatan untuk bermain layaknya anak-anak pada umumnya. Oleh karenanya, dalam buku ilustrasi pertamanya ini, Bianca berusaha untuk menyuarakan kisah dari pengungsi seusianya.
“Para pengungsi tidak meminta kita untuk mengasihani mereka. Yang mereka butuhkan adalah kesadaran dan pengertian kita semua untuk membantu menjadi suara bagi mereka, agar kisah mereka dapat didengar dunia. Agar tidak ada lagi yang harus mengalami apa yang mereka alami,” tukasnya.
Melalui buku ilustrasi berbahasa Inggris ini, Bianca akan mengajak pembaca untuk mengarungi kehidupan para pengungsi dari berbagai negara. Kisah perjalanan, perjuangan hingga harapan dan impian para pengungsi direpresentasikan secara apik melalui susunan kata dan gambar-gambar ilustrasi penuh makna.
Bianca menjelaskan, “Untuk dapat menghadirkan makna yang lebih mendalam, selain bercerita melalui kata- kata, saya memutuskan untuk memvisualisasikan kisah teman-teman saya di pengungsian melalui gambar ilustrasi. Ada pepatah yang mengatakan bahwa satu gambar dapat bermakna seribu kata.”
Hasil dari penjualan buku ilustrasi “One Day: Letters from Lives in Limbo” karya Bianca Sada ini akan disumbangkan sepenuhnya ke HLC di Cisarua, Indonesia. Buku ini pun sudah bisa didapatkan melalui e-commerce ternama di Indonesia.
“Saya berharap melalui karya ini, saya dapat berkontribusi dalam membangun kesadaran publik akan kondisi yang dialami oleh para pengungsi di seluruh dunia. Kita semua tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari. Jika keadaan ini terbalik dan saya ada di posisi para pengungsi, saya harap akan ada sosok anak muda seusia saya yang bersedia melakukan apa yang Ia bisa untuk membantu menyuarakan kisah saya agar dapat terdengar oleh dunia. Suatu hari di masa lalu, sesuatu mengubah kehidupan mereka. Saat ini, mereka menyambung kehidupan di pengungsian, maka suatu hari nanti, saya harap mereka akan mendapatkan kehidupan mereka kembali,” tutup Bianca.
Bianca Sada merupakan seorang Warga Negara Indonesia (WNI) yang kini bersekolah di Miss Porter’s School, Amerika Serikat. Sedari kecil memang memiliki minat dan ketertarikan pada seni ilustrasi. Dengan bakat yang dimilikinya ini, Bianca kerap mengabdikan diri sebagai relawan yang membantu mengajarkan keterampilan melukis untuk anak-anak kurang beruntung, termasuk para pengungsi yang berasal dari berbagai belahan dunia.